APA ITU PESTISIDA HAYATI DAN APA SAJA MANFAATNYA?
Ayyub Arrrahman dan M.Sudjak Saenong
Balai Penelitian Tanaman
Serealia Maros
PENDAHULUAN
Pestisida Hayati, merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
berbagai jenis tanaman yang memiliki kandungan spesifik dalam tingkah laku dan
metabolisme organisme pengganggu tanaman(OPT) serta bahan lainnya umumnya masih
bersifat sederhana dan apabila masuk ke dalam tanah, air akan mudah
terdegradasi secara alami dan tidak mencemari lingkungan, relatif lebih aman
bagi manusia dan ternak (Anonim, 2012a).
Dalam ekosistem banyak sekali organisme yang berfungsi sebagai
pengendali hayati seperti Virus Nuklear Polyhedrosis (NVP) yang mampu menekan
populasi hama Spodoptera exigua, dengan
menginfeksi alat pencernaan hama Spodoptera selain itu ada
jamur seperti Trichoderma Sp, yang mmpu menekan
populasi jamur Fusarium sehingga pertumbuhan
jamur Fusarium sp terhambat.
Secara keseluruhan habitat hidup mikroorganisme yang banyak
berperan di dalam pengendalian hayati adalah di dalam tanah disekitar akar
tumbuhan (rizosfir) atau di atas daun, batang, bunga, dan buah.
Mikroorganisme yang bisa hidup pada daerah rizosfir sangat sesuai digunakan
sebagai agen pengendalian hayati ini mengingat bahwa rizosfir adalah daerah
utama dimana akar tumbuhan terbuka terhadap serangan patogen. Jika terdapat
mikroorganisme antagonis pada daerah ini patogen akan terhambat penyebarannya.
Keadaan ini disebut hambatan alamiah mikroba dan jarang dijumpai, rnikroba
antagonis ini sangat potensial dikembangkan sebagai agen pengendalian hayati
(Weller 1988) dalam (Anonim, 2012c).
JENIS-JENIS PESTISIDA
HAYATI (Atos Sianok, 2012)
Spesies : Zingiber aromaticum
Nama Indonesia : Lengkuas
Nama Lokal : Lempuyang wangi (Jakarta), Lampuyang ruum (Sunda), Lempuyang
emprit, L. prit, L. rum, L. wangi(Jawa), Lapoyang room (Manado), Lapoyang nase
(Kangean). Deskripsi : Tidak berkayu, susunan akar lebih cegak serta batang lebih besar,
memiliki akar rimpang yang rasanya pahit, pedas dan berbau harum. Distribusi/Penyebaran : Tumbuh liar dan dibudidayakan di seluruh nusantara. Perbanyakan : Dapat diperbanyak melalui rimpang. Manfaat tumbuhan : Dapat mengendalikan belalang, Kutu daun, Trips dan Aphid,
selain itu sulingan minyak lengkuas, dapat pula mengendalikan lalat buah dan
penyakit Antraknose pada cabe.
Kategori : BiopestisidaSpesies : Vetiveria zizanioides
Nama Inggris : Vetiver (grass), khus, khus-khus
Nama Indonesia : Akar wangi
Nama Lokal : akar wangi (general); larasetu (Javanese); usar (Sundanese); akar babau (Manado); akar banda (Timor); iser, morwastu (Sumatera utara); Karabistu (Madura); tahele (Gorontalo); akadu (Buol); narawasatu, sare ambong (Makassar); nawarasatu, sere bandong (Bugis); nau sina fuik (Roti); babuwa mendi (Halmahera Selatan); ruju-ruju (Halmahera Utara); gara ma kusu batawi (Ternate); bara ma kusu batai (Tidore). Deskripsi : Rumput tegak tahunan, berkembang pesat hingga menjadi rumpun-rumpun besar, tinggi 1,50-2,50 m. Batang tegak, daun-daun panjang agak kaku berwarna hijau sebam, malai agak besar berwarna hijau dan akarnya mengeluarkan bau wangi yang keras. Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sentra produksi minyak akar wangi terutama di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Habitat : Tanaman akar wangi dapat tumbuh baik di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 600-1500 m dpl. Dan dapat di tanam secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman lain. Tanaman yang ditumpangsarikan dengan akarwangi terbukti dapat terhindar dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Perbanyakan : Akar wangi dapat diperbanyak melalui rhizoma atauumbi. Manfaat tumbuhan : Daun akar wangi dapat di pakai sebagai pengusir serangga. Namun akar merupakan bagian utama sebagai penghasil minyak vetiveria oil. Selain itu, digunakan juga sebagai bahan dalam industri kosmetika, parfum dan sabun mandi.
Kategori : BiopestisidaSpesies : Vetiveria zizanioides
Nama Inggris : Vetiver (grass), khus, khus-khus
Nama Indonesia : Akar wangi
Nama Lokal : akar wangi (general); larasetu (Javanese); usar (Sundanese); akar babau (Manado); akar banda (Timor); iser, morwastu (Sumatera utara); Karabistu (Madura); tahele (Gorontalo); akadu (Buol); narawasatu, sare ambong (Makassar); nawarasatu, sere bandong (Bugis); nau sina fuik (Roti); babuwa mendi (Halmahera Selatan); ruju-ruju (Halmahera Utara); gara ma kusu batawi (Ternate); bara ma kusu batai (Tidore). Deskripsi : Rumput tegak tahunan, berkembang pesat hingga menjadi rumpun-rumpun besar, tinggi 1,50-2,50 m. Batang tegak, daun-daun panjang agak kaku berwarna hijau sebam, malai agak besar berwarna hijau dan akarnya mengeluarkan bau wangi yang keras. Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sentra produksi minyak akar wangi terutama di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Habitat : Tanaman akar wangi dapat tumbuh baik di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 600-1500 m dpl. Dan dapat di tanam secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman lain. Tanaman yang ditumpangsarikan dengan akarwangi terbukti dapat terhindar dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Perbanyakan : Akar wangi dapat diperbanyak melalui rhizoma atauumbi. Manfaat tumbuhan : Daun akar wangi dapat di pakai sebagai pengusir serangga. Namun akar merupakan bagian utama sebagai penghasil minyak vetiveria oil. Selain itu, digunakan juga sebagai bahan dalam industri kosmetika, parfum dan sabun mandi.
Sumber Prosea : 19: Essential-oil plants
p.167-172 (author(s): Guzman, CC de; Oyen, LPA) dalam Atos Sianok, 2012.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Toona sureni
Nama Indonesia : Suren
Nama Lokal : suren (general), serijan, surian amba (Sumatra), Ki beureum, suren (Sunda), Redani, suren (Jawa), horeni (Sumba), kuru (Halmahera Utara). Deskripsi : Pohon yang tumbuh dengan cepat hingga tinggi 35 sampai 40 m dan gemangnya hingga 2-3 m, Distribusi/Penyebaran : Tumbuh menyebar di seluruh Pulau Jawa, juga ditemukan di Kepulauan Ulias, Ambon. Habitat : Terdapat di seluruh Jawa pada ketinggianantara 1-2000 m dpl, terutama di bawah 1200 m dpl, tetapi tumbuh menyebar. Perbanyakan : Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif yaitu melalui biji. Manfaat tumbuhan : Daun dan kulit kayunya beraroma cukup tajam. Secara tradisional, petani menggunakan daun suren untuk menghalau hama serangga tanaman. Pohon suren berperan sebagai pengusir serangga (repellant) dan dapat digunakan dalam keadaan hidup (insektisida hidup). Berdasarkan penelitian, suren memiliki kandungan bahan surenon, surenindan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) terhadap larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. Cara penempatan tanaman ini bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan dalam rumah, sebagai media untuk mengusir nyamuk.
Sumber Prosea : 5(2): Timber trees;
Minor commercial timbers p.498-499 (author(s): Gintings, AN; Boer, E; Lim,
SC;Lemmens, RHMJ) dalam Atos sianok, 2012.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Syzygium aromaticum
Nama Inggris : Clove tree
Nama Indonesia : Cengkeh
Nama Lokal : Cingkeh, Cangke (Selayar), cengke (Bugis), bunga lawang, cengkeh, kembang lawang (Minangkabau), singkeh (Flores), gomode (Tidore), buwalawa (Ternate). Deskripsi : Merupakan tanaman asli Maluku, pohon dengan gemang 40 cm dan tinggi hingga 20 m. Daun muda berwarna coklat muda kemudian pada ujung tunas tumbuh kuncup bunga hijau yang membutuhkan waktu 4 bulan untuk berubah menjadi cengkeh yang sempurna. Awalnya cengkeh berwarna hijau muda kemudian kuning pucat dan akhirnya merah. Distribusi/Penyebaran : Merupakan tanaman asli Maluku, dan dibudidayakan di Indonesia terutama di Penang dan semenanjung Malaka, saat ini cengkeh telah menyebar dari sabang sampai merauke. Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar ketiga di dunia setelah Tanzania (Zanzibar) dan pulau Madagaskar. Habitat : Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600-1100 m dpl, di tanah yang berdrainase baik. Perbanyakan : Dilakukan secara generatif dan vegetatif Manfaat tumbuhan : Hasil penyulingan minyak cengkeh yang disebut clove oil memiliki bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai hama, daun yang disebar di pekarangan dapat menekan pertumbuhan jamur. Minyak cengkeh yang mengandung eugenol bersifat sebagai anti jamur, antibakteri dan anti serangga
Spesies : Syzygium aromaticum
Nama Inggris : Clove tree
Nama Indonesia : Cengkeh
Nama Lokal : Cingkeh, Cangke (Selayar), cengke (Bugis), bunga lawang, cengkeh, kembang lawang (Minangkabau), singkeh (Flores), gomode (Tidore), buwalawa (Ternate). Deskripsi : Merupakan tanaman asli Maluku, pohon dengan gemang 40 cm dan tinggi hingga 20 m. Daun muda berwarna coklat muda kemudian pada ujung tunas tumbuh kuncup bunga hijau yang membutuhkan waktu 4 bulan untuk berubah menjadi cengkeh yang sempurna. Awalnya cengkeh berwarna hijau muda kemudian kuning pucat dan akhirnya merah. Distribusi/Penyebaran : Merupakan tanaman asli Maluku, dan dibudidayakan di Indonesia terutama di Penang dan semenanjung Malaka, saat ini cengkeh telah menyebar dari sabang sampai merauke. Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar ketiga di dunia setelah Tanzania (Zanzibar) dan pulau Madagaskar. Habitat : Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600-1100 m dpl, di tanah yang berdrainase baik. Perbanyakan : Dilakukan secara generatif dan vegetatif Manfaat tumbuhan : Hasil penyulingan minyak cengkeh yang disebut clove oil memiliki bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai hama, daun yang disebar di pekarangan dapat menekan pertumbuhan jamur. Minyak cengkeh yang mengandung eugenol bersifat sebagai anti jamur, antibakteri dan anti serangga
Sumber Prosea : 13: Spices p.211-218
(author(s): Verheij, EWM; Snijders, CHA) dalam
Atos Sianok, 2012
Kategori : Biopestisida
Spesies : Sapindus rarak DC.
Nama Indonesia : Lerak
Nama Lokal : lerak, werak (Jawa), rerek (Sunda), lamuran (Sumatera Selatan). Deskripsi : Tumbuhan ini berbentuk pohon tinggi, besar. Tingginya mencapai ± 42 m dengan diameter batang ± 1 m. Daun bentuknya bundar telur sampai lanset. Perbungaan terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah bundar seperti kelereng kalau sudah tua/masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin/mengkilat. Biji bundar juga warna hitam. Antara buah dan biji terdapat daging buah berlendir sedikit dan aromanya wangi. Distribusi/Penyebaran : Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di hutan-hutan daerah Jawa dan Sumatera. Habitat : Tumbuh liar di hutan-hutan pada ketinggian antara 450 sampai 1500 m dari permukaan laut. Perbanyakan : Di Indonesia belum pernah dibudidayakan secara luas. Dijumpai ditanam penduduk 1 - 2 pohon saja di pekarangan rumahnya dengan cara menanam bijinya. Manfaat tumbuhan : Buah lerak dipergunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam / pewarna alami. Selain itu dipergunakan untuk mencuci kain batik, supaya awet dan warnanya tetap baik/tidak luntur. Daging buahnya mengandung zat saponin (beracun), sedangkan bijinya mengandung minyak.Lerak sangat baik sebagai obat pembunuh serangga, dan sangat baik untuk membasmi cacing tanah. Biasa juga dipergunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat.
Spesies : Sapindus rarak DC.
Nama Indonesia : Lerak
Nama Lokal : lerak, werak (Jawa), rerek (Sunda), lamuran (Sumatera Selatan). Deskripsi : Tumbuhan ini berbentuk pohon tinggi, besar. Tingginya mencapai ± 42 m dengan diameter batang ± 1 m. Daun bentuknya bundar telur sampai lanset. Perbungaan terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah bundar seperti kelereng kalau sudah tua/masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin/mengkilat. Biji bundar juga warna hitam. Antara buah dan biji terdapat daging buah berlendir sedikit dan aromanya wangi. Distribusi/Penyebaran : Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di hutan-hutan daerah Jawa dan Sumatera. Habitat : Tumbuh liar di hutan-hutan pada ketinggian antara 450 sampai 1500 m dari permukaan laut. Perbanyakan : Di Indonesia belum pernah dibudidayakan secara luas. Dijumpai ditanam penduduk 1 - 2 pohon saja di pekarangan rumahnya dengan cara menanam bijinya. Manfaat tumbuhan : Buah lerak dipergunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam / pewarna alami. Selain itu dipergunakan untuk mencuci kain batik, supaya awet dan warnanya tetap baik/tidak luntur. Daging buahnya mengandung zat saponin (beracun), sedangkan bijinya mengandung minyak.Lerak sangat baik sebagai obat pembunuh serangga, dan sangat baik untuk membasmi cacing tanah. Biasa juga dipergunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat.
Sumber Prosea : 12(3): Medicinal and
poisonous plants 3 p.358-359 (author(s): Widowati, Lucie) dalam Atos Sianok, 2012
Kategori : Biopestisida
Spesies : Piper betle
Nama Inggris : Betel pepper, betelvine
Nama Indonesia : Sirih
Nama Lokal : sirih (Indonesian), suruh (Javanese), seureuh (Sundanese), sere (Madura), ibun (Sumatera Tengah), sihe (Krinci), ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba). Deskripsi : Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Habitat : Sirih memerlukan pemeliharaan khusus sehingga orang tidak membudidayakannya secara luas. Sering ditemukan di pekarangan. Sirih paling baik tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dpl, tumbuhan ini ingin mendapatkan tanah yang meneruskan air, tanah yang digarap sampai dalam,pemupukan dan pemeliharaan terus menerus. Perbanyakan : Perbanyakan sirih dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek pucuk, umumnya digunakan pucuk batang yang sudah tua. Manfaat tumbuhan : dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur. Sirih memiliki kandungan phenol dan Chavicol. Chavicol ini memberikan bau khas sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri 5 kali dari phenol biasa.
Spesies : Piper betle
Nama Inggris : Betel pepper, betelvine
Nama Indonesia : Sirih
Nama Lokal : sirih (Indonesian), suruh (Javanese), seureuh (Sundanese), sere (Madura), ibun (Sumatera Tengah), sihe (Krinci), ranub (Aceh), blo, sereh (Gayo), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba). Deskripsi : Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Distribusi/Penyebaran : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Habitat : Sirih memerlukan pemeliharaan khusus sehingga orang tidak membudidayakannya secara luas. Sering ditemukan di pekarangan. Sirih paling baik tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dpl, tumbuhan ini ingin mendapatkan tanah yang meneruskan air, tanah yang digarap sampai dalam,pemupukan dan pemeliharaan terus menerus. Perbanyakan : Perbanyakan sirih dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek pucuk, umumnya digunakan pucuk batang yang sudah tua. Manfaat tumbuhan : dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur. Sirih memiliki kandungan phenol dan Chavicol. Chavicol ini memberikan bau khas sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri 5 kali dari phenol biasa.
Sumber Prosea : 16: Stimulants p.102-106
(author(s): Teo, Stephen P; Banka, RA) dalam
Atos Sianok, 2012
Kategori : Biopestisida
Spesies : Pimpinella anisum
Nama Inggris : Anise, aniseed, sweet cumin
Nama Indonesia : adas manis, kembang lawang
Nama Lokal : adas manis, jinten manis
Deskripsi : Tegak, terna semusim dengan tinggi 15-50 cm, batang beralur dan berbulu, mengeluarkan aroma. Daun berseling, mengutuh sampai majemuk menyirip. Distribusi/Penyebaran : Ditemukan di Jawa tengah, Sumatera Barat dan Sulawesi. Habitat : Tumbuh di daerah temperate dan iklim subtropis, tapi tidak tumbuh dengan baik pada dataran rendah tropis. Membutuhkan curah hujan antara 1000-2000 mm pertahun. Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji. Manfaat tumbuhan : Merupakan bahan baku obat antivirus yang dapat menangani virus flu burung, ekstrak adas manis atau kembang lawang ini diekspor ke Korea yang selanjutnya dibuat antivirus flu burung yang bernama "Tamiflu".
Kategori : Biopestisida
Spesies : Pimpinella anisum
Nama Inggris : Anise, aniseed, sweet cumin
Nama Indonesia : adas manis, kembang lawang
Nama Lokal : adas manis, jinten manis
Deskripsi : Tegak, terna semusim dengan tinggi 15-50 cm, batang beralur dan berbulu, mengeluarkan aroma. Daun berseling, mengutuh sampai majemuk menyirip. Distribusi/Penyebaran : Ditemukan di Jawa tengah, Sumatera Barat dan Sulawesi. Habitat : Tumbuh di daerah temperate dan iklim subtropis, tapi tidak tumbuh dengan baik pada dataran rendah tropis. Membutuhkan curah hujan antara 1000-2000 mm pertahun. Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji. Manfaat tumbuhan : Merupakan bahan baku obat antivirus yang dapat menangani virus flu burung, ekstrak adas manis atau kembang lawang ini diekspor ke Korea yang selanjutnya dibuat antivirus flu burung yang bernama "Tamiflu".
Sumber Prosea : 13: Spices p.180-183
(author(s): Cardenas, LB; Guzman, CC de ) dalam
Atos Sianok, 2012
Spesies : Pangium edule
Nama Indonesia : Pangi, kepayang
Nama Lokal : Jakarta, Pucung; Sumatera Utara, Hapesong; Minangkabau, Kapayang, Lapencuang, Kapecong, Simaung; Lampung, Kayu tuba; Jawa Barat, Pacung, Picung; Jawa Tengah, Pakem; Bali dan Bugis, Pangi; Sumbawa dan Makasar, Kalowa. Deskripsi : Pohon, tahunan, tinggi 18-40 m.Batang berkayu, bulat, cabang muda berambut, putih kotor. Daun tunggal, terkumpul pada ujung ranting, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul. tepi rata, pertulangan menjari, hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, kelopak J-2 cm, mahkota panjang 5-8, oval, 1,5-2,5 cm, pangkai berambut, hijau muda. Buah buni, bulat telur, diameter 10-25 cm, cokiat.Biji keras, coklat. Distribusi/Penyebaran : Tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh Nusantara. Habitat : Ditemukan di hutan hujan tropis dan jugahutan sekunder. Perbanyakan : Dapat dilakukan secara generatif dengan biji. Manfaat tumbuhan : Golongan flavonoid biji picung memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Golongan flavonoid biji picung bisa melawan beberapa jenis bakteri pembusuk ikan secara in vitro pada bakteri Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Komponen antibakteri pada biji picung ini yaitu asam sianida, asam hidnokarpat, asam glorat,dan tanin.
Sumber Prosea : 12(2): Medicinal and poisonous plants 2 p.400-402 (author(s): Roemantyo; Zuhud, Ervizal AM) dalam Atos Sianok, 2012.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Pachyrhizus erosus
Nama Inggris : chop-suey bean
Nama Indonesia : Bengkuang
Nama Lokal : Singkuang (Aceh), Bangkuwang (Batak), Huwi hiris, bangkowang (Sunda), Bengkowang, besusu (Jawa), Buri (Bima), Uas (Timor). Deskripsi : Terna yang membelit ke kiri, panjang 5-6 m. Memiliki akar tunggang yang menyerupai ubi. Umbiakarnya berwarna putih, berbentuk gasing, dan kulitnya mudah dikupas. Distribusi/Penyebaran : Tanaman bengkuang termasuk dalam famili Leguminosae, tanaman ini berasal dari Meksiko danAmerika Tengah bagian Utara. Dari Meksiko diintroduksi ke Filipina oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Habitat : Sebagian daerah seperti Jawa tengah (Tegal) dan Jawa Barat (Bogor) membudidayakannya di Sawah. Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji. Manfaat tumbuhan : Bengkuang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yang berspektrum luas. Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon. Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari gangguan hama, hama utama kacang hijau dan kacang tunggak, yaitu Callosobruchus maculates serta kepik Lophobaris serratipes Marsh yang merupakan salah satu hama utama tanaman lada.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Ocimum tenuiflorum
Nama Inggris : Holy basil, sacred basil
Nama Indonesia : Lampes
Nama Lokal : ruku-ruku (Sumatra), kemangi utan (Moluccas), lampes (Javanese, Sundanese). Deskripsi : Semak, semusim, tinggi 30-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beralur, bercabang, berbulu, hijau. Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, tangkai panjang _+ 1 cm, hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, berbulu, daun pelindung bentuk elips, bertangkai pendek, hijau, mahkola bulat telur, putih keunguan. Bunga kotak, coklat tua. Buah kecil, tiap buan terdiri 4 biji, hitam. Akar tunggang, putih kotor. Distribusi/Penyebaran : Ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Maluku. Habitat : Tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan biji
Manfaat tumbuhan : Jenis tanaman ini menghasilkan metil eugenol yang dapat mengendalikan
hama lalat buah.
Sumber Prosea : 13: Spices p.258-259 (author(s): Jansen, PCM) dalam Atos Sianok, 2012.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Ocimum bacilicum
Nama Inggris : Sweet basil, French basil, Reunion basil
Nama Indonesia : Selasih, kemangi
Nama Lokal : selasih, telasih (Jawa), solasih (Sundanese), Alf. Minah (Amping), kukuru. Deskripsi : Terna yang menegak, setinggi 0,30-1,10 m, batang coklat tua, tangkai daun coklat muda dan daun-daun hijau tua. Daunnya berasa manis dan agak tajam seperti salep. Daya adaptasinya tinggi sehingga penampilannya bisa berbeda, sesuai dengan tempat tumbuhnya. Distribusi/Penyebaran : Terdapat di seluruh pulau Jawa dari daratan rendah hingga kurang lebih 450 m di atas permukaan laut, bahkan dibudidayakan hingga 1100 m. Habitat : Tumbuh pada tepi-tepi jalan dan tepi-tepiladang, pada sawah-sawah kering dan dalam hutan-hutan jati seringkali disemaikan di kebun-kebun. Perbanyakan : Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji. Tanaman ini memiliki daya adaptasi tinggi sehingga mudah tumbuh di hampir semua tempat. Manfaat tumbuhan : Daun selasih memiliki bau yang sangat tajam sehingga jika tercium agak lama akan mengakibatkan mual dan pening. Bau daun ini juga dapat mengusir nyamuk dan serangga.
Sumber Prosea : 13: Spices p.258-259 (author(s): Jansen, PCM) dalam Atos Sianok, 2012.
Kategori : Biopestisida
Spesies : Ocimum bacilicum
Nama Inggris : Sweet basil, French basil, Reunion basil
Nama Indonesia : Selasih, kemangi
Nama Lokal : selasih, telasih (Jawa), solasih (Sundanese), Alf. Minah (Amping), kukuru. Deskripsi : Terna yang menegak, setinggi 0,30-1,10 m, batang coklat tua, tangkai daun coklat muda dan daun-daun hijau tua. Daunnya berasa manis dan agak tajam seperti salep. Daya adaptasinya tinggi sehingga penampilannya bisa berbeda, sesuai dengan tempat tumbuhnya. Distribusi/Penyebaran : Terdapat di seluruh pulau Jawa dari daratan rendah hingga kurang lebih 450 m di atas permukaan laut, bahkan dibudidayakan hingga 1100 m. Habitat : Tumbuh pada tepi-tepi jalan dan tepi-tepiladang, pada sawah-sawah kering dan dalam hutan-hutan jati seringkali disemaikan di kebun-kebun. Perbanyakan : Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji. Tanaman ini memiliki daya adaptasi tinggi sehingga mudah tumbuh di hampir semua tempat. Manfaat tumbuhan : Daun selasih memiliki bau yang sangat tajam sehingga jika tercium agak lama akan mengakibatkan mual dan pening. Bau daun ini juga dapat mengusir nyamuk dan serangga.
DAFTAR PUSTAKA DAN BACAAN
Anonim, 2012a. Pestisida
hayati. http://goorganic-2010.blogspot.com/2009/12/pestisida-hayati.html. Diakses tgl 29 November
2012
Anonim,2012b.Contoh
pembuatan pestisida hayati. http://andrycahayaalam.wordpress.com/cara-pembuatan-pestisida-hayatialami/contoh-pembuatan-pestisida-hayati/. Diakses tgl 29 November
2012
Anonim, 2012c. Pemanfaatan
pestisida alternative dalam mengendalikan hama. http://klanapujangga.wordpress.com/2011/04/18/pemanfaatan-pestisida-alternatif-dalam-mengendalikan-hama/. Diakses tgl 29 November
2012
Anonym, 2012.d. Pengantar
pengendalian hayati. http://www.gilabuku.com/shop.html?page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&product_id=1200&category_id=21&vmcchk=1. Diakses tgl 30 November
2012
Atos sianok, 2012. Jenis
tumbuhan untuk pestisida hayati. http://sianokpertanianorganik.blogspot.com/2011/08/spesies-zingiber-aromaticum-nama.html. Diakses tgl 30 November
2012
Andra.Biz, 2012.
Biopestisida, pestisida hayati dan pestisida organic. http://ardra.biz/sain-teknologi/bio-teknologi/biopestisida-pestisida-hayati-pestisida-organik. Diakses tgl 29 November
2012
Dewi Lokitaningsih, 2012.
Macam-macam pestisida nabati dan cara pembuatannya. http://luki2blog.wordpress.com/2009/01/06/macam-macam-pestisida-nabatialami-dan-cara-pembuatannya/. Diakses tgl 29 November
2012