PROTAB KESELAMATAN
KERJA AGAR PESTISIDA AMAN DIPAKAI
Ayyub Arrahman dan M.Sudjak Saenong
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros
PENDAHULUAN
Pestisida sebagai alat membunuh atau
mengedalikan organisme pengganggu, dibidang pertanian sudah digunakan sejak
beberapa abad yang lalu. Sejak tahun 1942, penggunaan pestisida makin meningkat
dan mendominasi cara pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT).
Hal ini karena bahan tersebut sangat efektif, menghasilkan aktivitas
penyembuhan dengan cepat, penggunaaannya dapat disesuaikan dan diterima pada
berbagai situasi, fleksibel dengan perubahan agronomis dan ekologis serta
ekonomis.
Pestisida merupakan salah satu cara yang mempunyai pengaruh kuratif
dan bekerja cepat, sehingga dapat digunakan untuk keadaan darurat dalam
mengatasi masalah organisme pengganggu, yaitu ketika populasi telah mencapai
ambang kendali. Penggunaan dilapangan dapat dilakukan sendiri oleh petani tanpa
harus membutuhkan penanganan tenaga ahli. Atas dasar sifat-sifat tersebut
berbagai jenis pestisida banyak diproduksi sehingga ratusan formulasi pestisida
membanjiri pasaran dunia (Toto Himawan, 1999).
Pestisida mempunyai peranan penting untuk
membantu mengatasi permasalahan organisme pengganggu. Bahkan telah menjadi alat
yang sangat penting didalam meningkatkan produksi pertanian. Di Amerika Serikat
penggunaan pestisida terbukti mampu menyelamatkan sepertiga dari kehilangan hasil
akibat organisme pengganggu dengan nilai sebesar U$ 20 milyar setiap tahunnya
(Ware, 1983). Melihat kenyataan tersebut peranan pestisida tidak dapat
diabaikan begitu saja karena implikasinya yang sangat besar terhadap ekonomi
suatu negara. Pengalaman penggunaan pestisida di Indonesia, untuk program
intensifikasi (inmas, bimas, insus) menunjukkan bahwa pestisida dapat mengatasi
masalah-masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi organisme
pengganggu tanaman pada saat timbulnya eksplosi, sehingga meluasnya serangan
hama-hama padi dapat dicegah dalam waktu singkat. Kerugian dunia akibat
organisme pengganggu setiap tahunnya U$ 100 milyar. Oleh karena itu pengguanaan
pestisida dirasakan masih sangat perlu untuk dapat memperkecil kerugian, dengan
dampak yang nyata yang dapat dicacat yakni, efek pengendalian yang tinggi dan
memberikan kualitas hasil yang baik (Toto Himawan, 1999).
Petunjuk Umum Tentang Keamanan Dalam
Menggunakan Senyawa Kimia Pestisida
DiLapangan (Sumber : Anonim (1984).
1.
Gunakanlah
pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari Menteri Pertanian.
Jangan sekali-kali menggunakan pestisida yang belum terdaftar dan memperoleh
izin.
2.
Pilihlah pestisida yang dengan hama
atau penyakit tanaman serta jazad sasaran lainnya yang akan dikendalikan,
dengan caraa lebih dahulu membaca keterangan tentang kegunaadengan label dalam
bahasa asing.n pestisida dalam label pada wadah pestisida tersebut
3.
Belilah
pestisida dalam wadah yang asli yang tertutup rapat dan tidak bocor atau
rusak, dengan label asli yng berisi keterangan lengkap dan jelas. Jangan membeli dan menggunakan pestisida
|
4. Bacalah semua petunjuk yang trcantum pada
label pestisida sebelum bekerja dengan pestisida itu.
|
5. Simpanlah pestisida ditempat khusus yang
sejuk, kering dan dapat dikunci, jauh dari makanan/minuman, dan tidak dapat
dijangkau oleh anak-anak, hewan peliharaan serta ternak.
|
6. Lakukanlah penakaran, pengenceran atau
pencampuran pestisida ditempat terbuka atau dalam ruangan yang mempunyai
ventilasi baik.
|
7. Pakailah sarung tangan dan gunakanlah
wadah, alat pengaduk dan alat penakar yang khusus hanya untuk pestisida.
Semua peralatan tersebut jangan digunakan untuk keperluan lain, lebih-lebih
yang berhubungan dengan makanan dan minuman.
|
8.
Bukalah tutup wadah pestisida dengan
hati-hati, sehingga pestisida tidak memercik, tumpah atau berhambur ke udara.
|
9. Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran
yang dianjurkan. Jangan menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan
atau kurang.
|
10. Periksalah alat penyemprotan dan usahakan
supaya selalu dalam keadaan baik, bersih dan tidaak bocor.
|
11. Hindarilah pestisida terhirup melalui
pernafasan atau terkena mata, kulit, mulut dan kain.
|
12. Apabila adaa luka pada kulit, tutuplah luka
tesebut dengan baik sebelum bekerja dengan pestisida. Pestisida lebih mudah
terserap ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka.
|
13.
Selama menyemprot, pakailah baju
yang khusus yang berlengan panjang, penutup kepala, penutup muka, celana
panjang, sarung tangan dan sepatu boot.
|
14. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah
angin.
|
15. Hindrilah semprotan pestisida terbawa angin
ketempat lain, ssupaya tidak mengenai tempat tinggal penduduk, tanaman di
tempat lain, sungai, kolam, danau atau makanan ternak.
|
16. Jangan menyemprot pada waktu angin bertiup
kencang, cuaca panas atu akan turun hujan.
|
17. Bekerjalah demikian rupa sehingga tanaman
yang telah disemprot tidak dilalui lagi untuk menhindari persentuhan dengan
tanaman dengan tanaman yang telah terkena pestisida.
|
18. Jangan merokok, makan atau minum selama
bekerja dengan pestisida.
|
19. Jika merasa kurang enak badan, berhentilah
bekerja dengan segera dan baca buku petunjuk dalam label tentang pertolongan
pertama dan segera hubungi dokter, beri tahu pestisida apa yang digunakan.
|
20. Setelah bekerja dengan pestisida, mandilah
segera dengan sabun, pakaian dan alat pelindung lainnya yang dipakai harus
segera dicuci dengan sabun.
|
21.
Setelah selesai bekerja, cucilah
alat penyemprotan dan alat lainnya serta usakan air bekas cucian tidak
mengalir kesungai, saluran air, kolam ikan, sumur dan sumber air lainnya.
|
22. Bersihkan selalu muka dan tangan dengan air
dan sabun sebelum beristirahat untuk makan minum atau merokok.
|
23.
Wadah bekas yang
sudah kosong jangan dipakai untuk menyimpan makanan atau minuman akan tetapi
musnahkan dengan merusak, membakar atau menguburnya di tempat yang aman.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Pestisida
Berdasarkan panduan
pertolongan pertama pada kasus keracunan pestisida dalam Anonim (1984), maka
bila terjadi aksusu keracunan senyawa kimia pestisida maka ada sebelas item
yang harus dicermatu/diteliti dengan seksama agar dapat diambil tindakan medis
yang tepat dan segera untuk menolong jiwa penderita. Kesebelas urutan tersebut adalah sbb :
·
Apabila gejala
keracunan mulai timbul betapapun ringnanya gejala tersebut, segeralah berhenti
dan bekerja dan pergilah ke dokter atau klinik terdekat untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut. Hal tersebut harus segera dilakukan karena
sewaktu-waktu keadaan dapat berkembang menjadi gawat. Supaya tindakan
pertolongan selanjutnya dapat dilakukan dengan cepat dean tepat, dokter harus
diberitahu nama pestisida yang menyebabkan keracunan. Untuk ini sebaiknya
bawalah label pestisida tersebut untuk ditunjukkan kepada dokter.
·
Dalam hal kulit
ataau rambut dan paakaaian terkena pestisida, cucilah segera kulit dan rambut
yang terkena dengan sabun dan air yang banyak lepaskan pakian untuk diganti
dengan yang bersih.
·
Apabila pestisida
mengenai mata, cucilah mata segera dengan air bersih yang banyak selama 15
menit atau lebih terus-menerus. Kemudian ditutup dengan kapas steril yang
dilengketkan dengan kain pembalut.
·
Apabila debu,
uap, das atau butir-butir semprotan terhisap melalui pernafasan, bawalah
penderita ke tempat terbuka yang berudara segar, longgarkan pakaiannya yang
ketat dan baringkan dengan dagunya agak terangkat ke atas supaaya dapat
bernafas dengan bebas. Jaga supaya penderita dalam keadaan tenang dan tidak
kedinginan (apabila perlu selimutilah penderita tetapi jangan sampai terlalu
kepanasan). Sementara menunggu pertolongan dokter,
awasilah terus keadaan penderita.
·
Apabila pestisida
tertelan adan penderita dalam keadaan sadar, usahakan supaya penderita muntah
dengan cara mencongkel bagian belakang tenggorokan dengan jari tangan atau alat
lain yang bersih dan memberi minuman larutan garam sebanyak atu sendok makan
dalam segelas air hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan
berupa cairan yang jernih. Pada waktu penderita mulai muntah, usahakan mukanya
menghadap kebawah dan kepalanya agak direndahkan supaya muntahan tidak masuk
dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan sampai muntahan menghalangi
pernafasan. Usaha permuntahan tidak dapat dilakukan apabila penderita dalam
keadaan kejang atau tidak sadar, penderita telah menelan bahan yang mengandung
minyak bumi dan penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang
korosif (secara kimiawi merusak jaringan hidup) dengan gejala rasa terbakar
atau nyeri sekali pada mulut dan kerongkongan.
·
Apabila bahan
korosif tertelan pada penderita dalam keadaan sadar, beerilah penderita minum
susu atau putih telur dalam air, atau air saja dimana kondisi susu dan putih
telur tidak tersedia. Susu dan minyak tidak boleh diberikan kepada penderita
keracunan pestisida hirokarbon berklor.
·
Apabila penderita
tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak tersumbat. Bersihkan
hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya mulut dari air liur, lendir,
sisa makanan dan sebagainya. Jangan memberikan sesuatu melalui mulut kepada
penderita yang tidak sadar.
·
Apabila
pernafasan penderita berhenti, usahakaanlah pernafasan buatan. Bersihkan lebih
dahulu mulut dari aair liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya.
·
Apabila penderita
kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak menyebabkan cidera. Longgarkan
pakaian disekitar leher, taruh bantal di bawah kepala dan berilah ganjal antara
gigi untuk mencegah supaya bibir atau lidah tidak tergigit.
·
Penanggulangan
keracunan setelah dilakukan pertolonagn pertama selanjutnya diambil tindakan
sebagai berikut a)untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan tindakan
mencuci lambung dengan memberikan garam isotoris larutan natrium bikarbonat 5%.
Untuk mengurangi absorsi dapat diberikan 30 gram norit yang disuspensikan dalm
air, b) untuk golongan fosfat organik, diberikan antidote atropin sulfat
intravena atau intra muskuler, bila mungkin dilakukan penyuntikan intra vena.
Dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 0,4 – 2,0 mg dan untuk anak-anak
0,05 mg/kg berat badan. Dosis diulangi tiap 15 – 30 menit sampi kelihata gejala
atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka merah, frekuensi
detak jantung meningkat (140/menit) dan pupil melebar. Pralidoxim diberikan
setelah atropin, bila diberikan sebelum 36 jam setelah keracunan akan dapt
menanggulangi efek dari pestisida fosfat organik ini. Dosis dewasa I gr/kg
berat badan dan anaak-anak 20 –50 gr/kg berat badan dengan kecepatan tidak
lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi setelah sau jam bila
kelemahan/ kelumpuhan oto belum tertanggulangi, c) untuk golongan karmabat,
penanggulangannya sama dengan golonagn senyawa dipiridil tindakannya adalah
untuk mengurangi absorsi dari saluran pencernaan, diberikan absorben Fuller`s
Earth 30% suspensi dalam air, e) untuk golongan antikoagulan dilakukan
pemberian antidote fitonadion, yakni dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12
tahun 25 mg intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6 mg/kg berat
badan, f) untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol
(B.A.L), Dimerkaptopropanol.
·
Untuk
penanggulangan selanjutnya, dilakukan pendataan mencakup tempat kejadian,
tanggal, nama korban, umur, jenis kelamin, keracunan melalui apa (mulut,
pernafasan, kulit), sampel pestisida, muntahan atau sisa makanan (dalam
penderita tidak diketahui), dapat disebutkan pestisida-pestisida apa yang biasa
digunakan di tempat tersebut, dan jenis-jenis pertolongan yang telah diberikan
kepada penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1984. Pestisida Untuk Pertanian dan
Kehutanan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Direktoret Jenderal
Pertanian Tanaman Pangan. Jakaartaa. 1984
Anonim. 2003. Di WilayahKerja LPHPTPH Maros
MT.2002 (MT.Gadu) April-September 2002 dan MT.2002/2003 (MT.Rendengan) Oktober
2002-Maret 2003. Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Sul-Sel. Laboratorium Pengamatan hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Maros.
Anonim. 2004. Laporan Tahunan Wilayah Kerja
LPLH Maros Tahun 2003/2004. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Sul-Sel. Laboratorium Pengamatan hama Penyakit Tanaman Pangan dan
Hortikultura Maros.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992.
Dominasi dan tingkat serangan hama kedelai. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama
terpadu Tanaman Kedelai. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Balai Penelitian
Tanaman Pangan Malang.
Gosseli, R.E. 1984. clinical toxicology of commercial products.
William and Wilkin, Baltimore, 5th.ed
IARC. 1987. IARC monographs on the Evaluation of Carsinigenic Risk
of Chemical to Humans, Supplement 4. IARC, Lyon.pp.14-22
Laba dan Soekarno. 1986. Mortalitas larva
ulat grayak Spodoptera litura pada berbagai instar dan perlakuan
insektisida pada kedelai. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Vol. 1.
Palawija. Puslitbngtan. Bogor. 4 hal.
Marwoto, dan Suharsono. 1988. Pengelolahan
hama kedelai dengan insektisida di tingkat petani. Seminar Intern Balittan Malang. 8 Februari 1988
Moriya, M. 1983. Further mutagenecity studies on pesticides in
bacterial reversion assay systems. Mutat. Res., vol. 116.pp. 185-216
Saleh, M.A. 1980. Mutagenic and carsinogenic effects of
pesticides. Environ. Sci. Health. Vol. B15 (6): pp.907-927
Sandhu, S.S. and Water, M.D. 1980. Mutagenecity evaluation of
chemical pesticides. J. Environ. Sci. Health/B15 (6):pp.929-948
Simmon, V.F. 1980. An overview of shortterm test for the mutagenic
and carsinogenic potential of pesticides. J. Environ. Sci. Health, vol. B15
(6):pp. 867-906
Saatroutomo, S.S. 1992. Pestisida, Dasar-Dasar dan Dampak Penggunannya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 186 hal.
Smith, R.F. 1970. Pesticides, Their Use and limitation in pest
management p: 103-113 In R.L.Rabb and F.E.Guthrie (eds), Concept of Pest
management. North Carolina State University, Raleigh.
Toto Himawan. 1999. Resistensi serangga hama terhadap insektisida
dan upaya penanggulangannya. Perhimpunan Entomologi Indonesia cabang Malang.
1999.
Ware, G.W. 1983. Pesticide, Theory and Application. N.H.Freeman
and Co. San Fransisco.
Weinstein, S. 1984. Fruits of Your Labor: An Guide to Pesticides
Hazards for Californian Field Workers. Univ. of California Barkeley, USA,pp.
V-23, V-25